Arti Bunga Higanbana Bunga Kematian di Jepang, Penjelasan Maknanya!
Bukankah menarik bagaimana musim gugur Jepang dihiasi dengan bunga-bunga yang indah, dan tidak hanya terbatas pada musim semi? Di antara berbagai banyaknya jenis bunga di Jepang, salah satu bunga favorite adalah bunga higanbana yang mempesona. Ada sesuatu yang secara misterius tentang mereka yang memikat.
Bunga Higanbana milik keluarga amarilis dan memiliki makna khusus karena memiliki tanda datangnya musim gugur.
Bayangkan saat September mulai memudar menjadi Oktober, bunga-bunga kecil yang menggemaskan ini mulai bermunculan di seluruh negeri. Hanya saja, jika kita berada di Tokyo, kita mungkin melihatnya hanya dalam kelompok kecil di berbagai tempat.
Untuk menyaksikan keindahan tersebut sebenarnya dari kemegahan merah tua ini, kita perlu keluar dari kota yang ramai.
Untuk pemandangan higanbana yang menakjubkan, Taman Kinchakuda Manjushage di Saitama wajib jadi pilihan berkunjung Kita bisa bayangkan semua bunga berkeliaran yang membentang sejauh mata memandang, pemandangan tak terlupakan yang menarik hati orang banyak.
Daftar Isi
Bunga Higanbana Sebagai Lambang Kematian
Arti dari kata bunga ini sendiri sebenarnya sudah melambangkan kematian. Higanbana ini memiliki dua bagian kata yang mana ‘higan’ dan ‘bana’.
Bunga higan, juga terkenal sebagai higanbana, memiliki posisi khusus dalam tradisi budaya dan spiritual Jepang. Festival Higan, yang jatuh pada hari pertama musim gugur dan bertepatan dengan titik balik musim gugur, adalah asal nama acara tersebut. Seluruh negeri beristirahat untuk menghormati hari libur nasional ini karena ini adalah peristiwa besar.
Terlepas dari kecantikannya yang tampak jelas, bunga higanbana jarang menjadi karangan bunga di Jepang karena hubungannya dengan kematian dan alam baka.
Sebaliknya, mereka memiliki nilai tinggi karena signifikansi budaya dan fungsi simbolisnya, yang berfungsi untuk menggarisbawahi interkoneksi mendasar antara hidup dan mati.
Simbol Perpisahan pada Bunga Higanbana
Simbol yang memikat dari bunga higanbana selanjutnya adalah perpisahan. Selain perannya dalam festival Buddhis dan keterkaitannya dengan siklus dan kemunculan kembali, bunga ini memiliki makna yang sangat manusiawi.
Simbol ini berfungsi sebagai pengingat yang serius tentang potensi orang untuk menjauh saat mereka memulai jalan hidup yang berbeda.
Dalam konteks ini, higanbana berfungsi sebagai pengganti empatik bagi orang-orang yang berduka karena kehilangan orang yang dicintai atau sedang mengalami perasaan perpisahan. Ini menggambarkan perasaan rindu dan nostalgia serta komplikasi hubungan dan emosi yang berkembang saat jalan menyimpang.
Bersifat Racun Mematikan
Sangat menarik untuk mendengar bahwa bunga higanbana memiliki umbi yang mematikan. Ini memberikan sejarah bunga dan signifikansinya kepada kehidupan.
Karena kandungan bunga yang toxic, para petani mulai membudidayakan tanaman ini. Hanya saja hal tersebut juga menjadi bagian yang mengkhawatirkan juga.
Akhirnya, terdapat metode yang berkembang oleh petani Jepang untuk memanfaatkan kualitas alami higanbana, seperti banyak praktik pertanian sebelum sebelumnya.
Mereka sengaja menempatkan bunga ini di sepanjang batas sawah mereka untuk menjadi penghalang terhadap hama dan penyusup lainnya seperti hewan pengerat.
Makhluk-makhluk ini secara efisien terhalang untuk mendekati panen padi yang tak ternilai oleh racun yang kuat. Maka dari itu, bunga ini juga menjadi salah satu racun yang berfungsi sebagai pencegah alami untuk mengusir hama.
Daun dan Bunga Higanbana Tidak Pernah Tumbuh Saat Bersamaan
Kita tidak bisa tidak memikirkan betapa singkatnya hidup ini dan betapa sementara hubungan kita saat kita menikmati keindahan higanbana.
Sebagai manusia, kita juga akan melewati periode kebersamaan yang singkat, bersamaan dengan periode perpisahan yang lebih lama, seperti yang sebagian orang lakukan pada bunga higanbana sebelum memudar dan gugur.
Kenangan dan perasaan bertahan, sejauh apa pun kita berada, dan terjalin ke dalam jalinan keberadaan kita.
Pengamatan langsung terhadap perkembangan higanbana ini memiliki wawasan mendalam yang mengajarkan kita bahwa meskipun kita berpisah, hubungan kita dengan orang lain tetap ada.
Ini berfungsi sebagai pengingat lembut untuk menghargai waktu yang kita habiskan bersama, untuk menghargai perasaan yang menghubungkan kita. Tidak hanya itu ini juga dengan tujuan untuk merasa nyaman dalam pemahaman bahwa cinta dan kasih sayang tidak dibatasi oleh kedekatan fisik.
Legenda Manju dan Saka
Legenda tersebut bercerita tentang dua kekasih yang saling mencintai tetapi ditakdirkan untuk berpisah selama sisa hidup mereka.
Hubungan mereka sama pahitnya dengan siklus higanbana, di mana yang satu mekar sementara yang lain memudar, dan sebaliknya.
Saat-saat kegembiraan dan kebersamaan mereka, seperti bunga dan daun higanbana, berseling dengan saat-saat perpisahan dan kerinduan. Kisah mengharukan ini berbicara tentang perasaan terdalam yang kita semua miliki.
Itu mencerminkan konsep universal tentang cinta yang menentang segala rintangan, tetapi juga harus melawan kekuatan takdir yang berkonspirasi untuk memisahkan kedua jiwa.
Narasi berbicara tentang pengorbanan, kerinduan, dan menerima permadani halus kehidupan, di mana kegembiraan dan kesedihan terjalin seperti daun dan bunga higanbana.